Ketika Shalat Tidak Mencegahnya dari Perbuatan Keji dan Munkar
Ada
seseorang yang melontarkan pertanyaan dengan mengatakan, "mengapa kita
saksikan banyak orang yang shalat tetapi shalatnya tidak mencegahnya
dari perbuatan keji dan mungkar, tidak menjadikannya berbuat ma'ruf,
akhlaknya jelek dan ucapannya kasar. Atau tidak baik dalam mempergauli
orang lain, suka mencela, tidak istiqamah dan tidak ikhlas dalam
beramal, padahal Allah berfirman:
إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر
“Sesungguhnya shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar"(QS. AI-'Ankabut [29]: 45)?
Dapat kami jawab sebagai berikut: Mereka itu belum melakukan shalat
sebagaimana mestinya, sebagaimana yang dicontohkan oleh sayyid kita
Rasulullah SAW dan yang diajarkan oleh beliau kepada para sahabat RA.
Mereka tidak mau mendalami tentang shalat dan enggan memperbaikinya.
Mereka shalat hanya sebatas melakukan gerakan lahir dengan mengikuti
yang lain. Atau yang diistilahkan oleh kita sekarang dengan: "amai
rutin".
Tidakkah anda cermati sebuah riwayat, bahwa ada seseorang masuk ke
masjid lalu shalat. Usai shalat, ia ditegur oleh Rasulullah Saw,
“Ulangilah shalatmu, engkau belum shalat”. Beliau menyuruhnya sebanyak 3
kali.
Kisah ini menunjukkan secara jelas bahwa ada sebagian orang yang
melakukan shalat hanya gerakannya saja sehingga ia belum dianggap telah
melakukan shalat. Hal itu terjadi karena ia tidak paham dan tidak
mendalami perkara agama. Akibatnya ada rukun yang kurang atau ada bacaan
yang tidak dibaca dengan baik padahal wajib sesuai dengan tuntutan
syari'ah. Maka seakan- akan ia belum shalat karena shalatnya rusak. Pria
yang mendapat teguran Nabi diatas adalah seorang sahabat. Karena la
sahabat, tentu ia ikhlas dalam ibadah, tetapi beliau menjelaskan bahwa
ibadahnya itu rusak karena keabsahan suatu ibadah tidak hanya ditentukan
oleh keikhlasan tetapi juga terpenuhinya ilmu tentangnya.
Seorang ulama berkata: "Setiap orang yang beramal tanpa ilmu akan
tertolak dan tak diterima. Aku berharap kepada Allah menganugerahi
keikhlasan agar amalku penuh ikhlas dan ketulusan".
Jika anda paham betul tentang ini, maka anda harus tahu bahwa orang
yang melaksanakan shalat dengan mengetahui rukun dan syarat-syaratnya
dan memahaminya dengan benar sesuai ketentuan. Allah akan menciptakan
dalam relung kalbunya suatu rahasia yang menjadikannya melakukan yang
ma'ruf dan tercegah dari yang mungkar. Dengannya ia akan gemar kepada
ketaatan, dan benci kepada beragam kemaksiatan. Bila hal ini terjadi,
berarti shalatnya telah berfungsi memerintah kebaikan dan mencegah
kemungkaran, akhlak menjadi baik dan ikhlas beramal, sesuai firman Allah
Ta'ala:
اِنَّ الصَّلَوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللهُ اَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
"… Sesungguhnya shalat itu mencegah pemuatan keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya dzikrullah itu paling besar. Dan Allah Mengetahui apa yang
kamu perbuat" (QS. AI-'Ankabut [29] : 45).
Jika ada pertanyaan, "Apakah semua orang Islam diwajibkan mempelajari fiqih shalat termasuk orang awam yang tidak bisa baca tulis?"
Jawabannya adalah: "Ya, benar". Setiap muslim pria dan wanita wajib
mempelajarinya. Karena Allah Ta'ala tidak menciptakan kita melainkan
agar beribadah kepada Dia:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
(menghambakan diri) kepada-Ku". (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56]
Allah telah menurunkan kita-kltab-Nya dan mengutus para Rasul-Nya
kepada kita agar melalui mereka kita dapat memahami segala perintah dan
larangan-Nya dan melalui mereka kita dapat mengerjakan secara shahih apa
yang diperintahkan kepada kita. Allah Ta'ala berfirman:
حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوا قَالَ أَكَذَّبْتُمْ بِآيَاتِي وَلَمْ تُحِيطُوا بِهَا عِلْمًا أَمَّاذَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"Hingga apabila mereka datang, Allah berfirman, "Apakah kamu telah
mendustakan ayat-ayat-Ku padahal ilmu kamu tidak meliputinya, atau
apakah yang telah kamu kerjakan?" (QS. An-Naml [27]: 84).
Rasulullah Saw juga telah bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim". (HR. Al-Khathib dalam
Tarikhnya [1:407] dari Sayidina Ali RA, dan riwayat lainnya dari yang
lain. Hadits ini shahih karena jalurnya banyak).
Banyak para sahabat yang ummi tetapi mereka tetap mendalami perkara
agama dan menyebarkannya ke berbagai penjuru dunia padahal saat
komunikasi, transportasi, lampu listrik, percetakan dan mass media belum
ada, tidak seperti /aman kita sekarang.
Apakah seorang muslim sepanjang hidupnya akan tetap bodoh tentang
hukum-hukum agama, padahal ia telah mengaku pengikutnya? Apakah ia akan
beralasan di hadapan Allah. Lalu ia mengatakan, "Wahai Rabbi, saya telah
sia-siakan hidup dengan berlalu begitu saja. Saya tidak mempelajari apa
yang Engkau wajibkan kepada saya sehingga saya tidak mengetahui
perkara- perkara agama!"
Allah Azza wa jalla berfirman:
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۖ إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ
إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَىٰ وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ
وَمَا أَنْتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلَالَتِهِمْ ۖ إِنْ تُسْمِعُ إِلَّا مَنْ يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ
وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ
دَابَّةً مِنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا
لَا يُوقِنُونَ
وَيَوْمَ نَحْشُرُ مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ فَوْجًا مِمَّنْ يُكَذِّبُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ يُوزَعُونَ
حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوا قَالَ أَكَذَّبْتُمْ بِآيَاتِي وَلَمْ تُحِيطُوا بِهَا عِلْمًا أَمَّاذَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَوَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ بِمَا ظَلَمُوا فَهُمْ لَا يَنْطِقُونَ
"Sebab itu bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di
atas kebenaran yang nyata. Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan
orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang- orang
yang tuli mendengar panggila apabila mereka elaah berpaling
membelakang. Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan)
orang-orang buta dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan
(seorangpun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-
ayat Kami, lalu mereka berserah diri. Dan apabila perkataan telah jatuh
atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan
mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin
kepada ayat-ayat Kami. Dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dai
tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami,
lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok). Hingga apabila mereka
datang, Allah berfiman, "Apakah kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku,
padahal ilmu kamu tidak meliputinya, atau apakah yang teelah kamu
kerjakan? Dan jatuhlah perkaataan (azab) atas mereka disebabkan
kezhaliman mereka, maka mereka tidak dapat berkata (apa-apa)". (QS.
An-Naml [27]: 79-85)
(Dikutip oleh: Tim Sarkub.Com dari buku Sifat Shalat Nabi SAW karya Syaikh Hasan Ali Saqqaf)
0 komentar:
Posting Komentar